Kisah ini terabadikan berawal dari dua esmud (eksekutif muda) yang kepentok cinta. Nabil, seorang designer advertising, workaholic, dan memiliki prinsip hidup adalah untuk having fun dan belum pernah benar-benar jatuh cinta bertemu dengan Sarah, pimpinan redaksi sebuah tabloid masakan yang ternama di ibukota yang menurutnya sangat berbeda dan istimewa, pun sebaliknya.
Saat itu Sarah sedang mencari seorang fotografer handal untuk memotret berbagai jenis masakan yang akan terpampang di tabloid terbitan terbaru. Nabil sang fotografer itu. Dan, mereka berdua jatuh cinta. Baru kali ini mereka berdua benar-benar jatuh cinta sampai-sampai tidak ragu lagi untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Bahkan, Sarah berani mengambil keputusan yang sangat besar demi rasa cintanya ini. Sarah telah memilih berpindah agama. Meski berkonflik dengan orangtuanya, ini tidak menyurutkan langkahnya.
Mulai dari perencanaan pernikahan yang hampir semua Sarah yang harus mengurus sedangkan Nabil tampak acuh. Ini kembali lagi ke slogan hidupnya, having fun. Jadi, pernikahan menurutnya juga hanya sebatas having fun. Dan, gesekan ini lenyap sebentar setelah mereka menikah. Mereka berdua hidup bahagia layaknya sepasang pengantin baru sampai akhirnya Sarah dinyatakan hamil.
Nabil menganggap anak adalah beban dan berpotensi mengancam slogan hidupnya. Ditambah lagi Sarah sedikit demi sedikit berubah lebih mengetahui ajaran Islam dan berusaha sebisanya untuk melaksanakan. Hanya karena Sarah membeli kaligrafi telah merusak mood Nabil dan membuatnya uring-uringan. dan semakin menjadi-jadi ketika Sarah memutuskan untuk memakai kerudung. satu hal yang Sarah tidak tahu selama ini, ternyata Nabil tidak pernah menjalankan segala yang ada dalam Islam karena agama menurutnya, membuatnya terkekang dan tidak bisa menikmati hidup.
Pertengkaran-pertengkaran mulai terjadi, dari hal-hal sederhana yang tidak ada hubungannya dengan inti permasalahan. ‘Ketidakdewasaan’ Nabil dalam memandang pernikahan dan hidup memperkeruh keadaan karena bukannya menghadapi masalah yang ada, Nabil justru pergi tanpa pamit dalam waktu yang tidak sebentar. Nabil ‘sadar’ dengan ‘ketidakdewasaannya’ saat Sarah masuk rumah sakit karena pendarahan akibat keguguran karena trelalu capek dan stres dengan sikap Nabil. Begitulah, seringkali kesadaran akan rasa sayang itu hadir saat kehilangan mengancam.
Saat mengalami kemelut itulah Nabil akhirnya kembali ke pangkuan Allah. Menata hubungannya dengan Tuhannya. dan mengakui kalau kebebasan yang dia inginkan dalam menjalani hidup ini, kebebasan yang melupakan Tuhan pada akhirnya akan membuat hidupnya kacau. Setelah kejadian itu, Sarah memutuskan menenangkan diri di rumah orangtuanya. Nabil semakin merasakan penyesalan. Dia terus berjuang untuk mengajak Sarah pulang, tapi Sarah masih gamang. apakah benar Nabil telah berubah dan akan berusaha membahagiakannya.